✅Mall dan Hotel Adalah Acaman Wisata KOTIM - Seribu Ilmu
News Update
Loading...

Thursday, January 23, 2020

Mall dan Hotel Adalah Acaman Wisata KOTIM

Perencanaan Pembangunan Mall dan Hotel di Pelabuhan Sampit, bukanlah hal yang harus dilakukankan oleh pemerintah dengan dalih untuk meningkatkan wisatawan lokal maupun internasional.

Pembangunan mall dan hotel dipelabuhan sampit akan banyak menimbulkan permasalahan besar mulai dari perubahan kultur kebudayaan sampit hingga perilaku konsumerisme yang meningkat. Hingga banyak yang akan gulung tikar dikarenakan kalah daya saing.

Mall Vs Pasar
Mall merupakan pasar modern yang memang menyediakan banyak fasilitas di dalamnya namun tidak mengankat kultur pasar seperti interkasi sosial dan kebudayaan saling tawar menawar. 

Sedangkan Pasar akan menciptakan kebudayaan yang sangat harmonis banyak ibu-ibu, bapak-bapak, anaka-anak yang belum mandi dan sebaliknya namun hal ini membuat saya terkejut karena mereka saling menghargai dengan perbedaan tersebut.

Namun berbeda dengan Mall, tidak sembarang orang bisa masuk bahkan orang-orang yang terlihat kumuh akan diberi stigma kampungan dan sebagainya dan akan mendapatkan diskriminasi saat membeli barang. Hal ini sudah sering terjadi di kota-kota yang terlebih dahulu memiliki Mall.


Perubahan Kultur
Adanya pasar modern seperti mall akan merusak kultur dan kebudayaan masayrakat Sampit yang notabenya terkenal dengan sifat saling sapa dan santun akan berubah dengan derastis, hal ini didukung dengan tesis Jun Chizuwa 'Perubahan Gaya Hidup Anak Muda Surakarta Akibat Berkembangnya Mall'.

Dalam tesis ini dijelaskan bahwa ada perubahan struktural akibat adanya Mall di Surakarta yang menimbulkan ada stigma yang muncul dilingkungan masyarakat apabila kita tidak pernah ke Mall kita dianggap kampungan. Sehingga setigma ini memunculkan struktur masyarakat yang memaksakan diri untuk pergi ke Mall walau dalam keadaan perekonomian yang rendah.

Mall adalah salah satu tempat untuk menunjukan strata kelas sosial, yang dapat dibagi menjadi 3 golongan. Golongan pertama, mereka yang terlihat banyak membawa barang belanjaan brandid yang dikatagorikan sebagai Horang Kaya.

Golongan kedua, mereka yang membeli barang belanjaan hanya sedikit dikatagorikan sebagai Horang Menengah. Ketiga, mereka yang hanya mampu masuk Mall dan jalan-jalan tanpa membeli apapun dikategorikan sebagai Horang Missqueen.

Setigma inilah yang akan otomatis muncul dan terbentuk secara struktural di lingkungan masyarakat Sampit, sehingga tidak heran kedepanya masayakat sampit akan berusaha berlomba-lomba untuk menjadi Horang Kaya. Dampak yang akan ditimbulkan dari struktur seperti ini akan menciptakan struktur kebudayaan Konsumerisme yang kedepanya dapat membuat kerusakan lingkungan, menciptakan kriminalism, menciptakan kebudayaan saling acuh terhadapat teman.


Dalam penelitian tersebut pemuda yang berumur sekitar 20 tahun dapat menghabiskan uang paling kecil sekitar 100 ribu untuk membeli makanan di food court. Sedangkan pengeluaran anak muda Sampit saat ini tidak mencapai 100 ribu dalam sekali makan. 

PPM Gulung Tikar
PPM sebagai pasar tradisional yang tentunya dapat melakukan transaksi tawar menawar akan banyak yang tutup pasalnya akan yang sedikit untuk berkunjung ke PMM dan akan memilih berkunjung ke Mall. Ditambah jarak rencana pembangunan Mall dan Hotel di pelabuhan tidak mencapai 1 Km.

Pengusaha Cafe Gulung Tikar
Ada sekitar lebih dari 20 tempat Cafe yang dikelola oleh masayrakat sampit yang nantinya akan mengalami penurunan yang sangat derastis dikarenakan  tidak lagi masyarkat akan nongkrong di cafe karena tidak gaul lagi sehingga memilih Mall sebagai tempat tongkrongan baru.

Konsep Wisata Habaring Hurung
Konsep wisata habaring hurung tentu harus dilihat dari sejarah berdirinya kota Sampit dan kebudayaan sehingga kedepanya penetapan terhadapa kebijakan tidak terlepas dari konsep Wisata Habaring Hurung yang lebih membudaya dan Tradisional. 

Tempat wisata di Sampit cukup banyak salah satunya taman kota sampit yang seharusnya dapat dimaksimalkan dengan baik. Dengan mengadakan konser kebudayan setiap bulanya agar pemuda sampit memiliki kesempatan untuk menampilkan kesenianya.

Namun faktanya taman kota sampit malah menjadi gelap dan menjadi tempat maksiat. Seharusnya pemerintah lebih fokus untuk meningkatkan kebudayaan kota sampit agar konsep Wisata Habarinng Hurung dapat berjalan dengan baik.

Banyak para seniman sampit yang tidak diberikan panggung dan penghargaan sehingga banyak yang berhenti untuk menekuni dunia kesenian dayak sampit. Apabila Seperti ini terus untuk menciptkan kota wisata sangat sulit terwujud.

Apabila Mall dan Hotel yang dibangun maka kebudayaan modern lah yang akan mengusai kebudayaan Kotawaringin Timur.

Share with your friends

Add your opinion
Disqus comments
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done