✅Membangun Budaya Dalam Mengelola Sampah Plastik - Seribu Ilmu
News Update
Loading...

Sunday, January 19, 2020

Membangun Budaya Dalam Mengelola Sampah Plastik


Pada tanggal 21 februari 2005 TPA Leuwigajah Bandung mengalami musibah yang sangat mengerikan dikarenakan tumpukan sampah setinggi 20 meter, mengalami longsor yang menimpa 137 rumah dan 143 meninggal dunia. Musibah ini tentu membuat pemerintah Indonesia sadar bahwa pengelolaan sampah di Indonesia terkhusus di kota besar sangatlah kurang sehingga menyebabkan tumpukan sampah yang sangat tinggi. Ditambah penduduk diperkotaan yang semakin tahun meninggkat sehingga konsumsi terhadap hal apapun yang menghasilkan limbah terutama sampah palstik meningkat.

Pemerintah Indonesia selalu berfokus bagaimana untuk megelola sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) namun tidak melihat dari berbagai sudut pandang lain, mulai dari kebudayaan konsumerism hingga meningkatnya jumlah penduduk. Permasalah sampah memang menimbulkan banyak permasalahan terutama sampah plastik yang susah untuk didaur ulang. Namun disisi lain memberikan dampak positif bagi sebagian masayarat kecil yang memiliki profesi sebagai pemulung, salah satunya masyarakat Desa Bangun, Mojokerto Jawa Timur.

Perusahaan pabrik tahu di Desa Tropodo yang berjarak kurang lebih 4 Km, menggunakan sampah plastik sebagai tenaga alternative. Hal ini tentu menguntungkan pihak perusahaan namun tidak bagi lingkungan. Akibat dari pembakaran sampah plastik ini menyebabkan udara di sekitar pabrik mengalami pencemaran lingkungan.

Untuk mengatasi sampah terutama sampah plastik membutuhkan kerjasama dari berbagai kalangan terutama pemerintah dan masayarakat. Untuk dapat mengurangi, mengelola dan memperbaruhi sampah plastik. Berbagai pendekatan harus dilakukan dengan berbagai cara mulai dari pendidikan, kebudayaan dan fasilitas untuk mengelola sampah.

Pengelolaan sampah plastik di Indonesia masih sangat kurang baik. Sekitar 90% kabupaten/kota di Indonesia masih menggunakan sistem open dumping atau dibakar. Sistem seperti ini memiliki kekurangan diantaranya meluasnya kawasan TPA dan pencemaran udara.

Sebagus apapu proses pengelolan sampah tanpa diimbangi dengan kesadaran masyarakat tentu akan sangat sulit. Hal ini dibuktikan dengan studi pada tahun 2015 oleh McKinsey yang mengatakan bahwa pemicu dari kebocoran sampah plastik adalah tidak terpungutnya sampah plastik yang berserakan yang memiliki nilai jual yang kecil. Contoh, pelastik makan, plastik kresek, plastik sabun cuci dan sebagainya. Banyak yang masyarakat tidak peduli dengan hal itu dan bahkan ada yang sengaja membuang sampah dari jendela mobil.


Share with your friends

Add your opinion
Disqus comments
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done