✅Kebijakan Luar Negeri dan Level Analisisnya - Seribu Ilmu
News Update
Loading...

Tuesday, February 11, 2020

Kebijakan Luar Negeri dan Level Analisisnya



Politik internasional merupakan sebuah diskursus komperehensif mengandung unsur yang beragam, salah satunya kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri adalah serangkaian kebijakan yang ditempuh oleh suatu negara dalam berusuan dengan negara lain untuk mencapai tujuan nasional. kebijakan-kebijakan ini bisa dianalisis menggunakan pendekatan-pendekatan teoretis politik internasional. Hasil dari analisis ini akan digunakan untuk menjelaskan mengapa suatu kebijakan ditempuh, untuk apa kebijakan tersebut dijalankan , dan bagaimana kebijakan tersebut bekerja.
Analisis kebijakan luar negeri setidaknya masih didominasi oleh tigavarian teori, yakni realism, liberalism, dan kontruktivisme. Realisme menjadi salah satu teori utama yang menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri diambil sebagai reaksi dari sistem internasional yang anarki. Prinsip utama yang hadir di antaranya ialah negara akan dipersepsikan sebagai sebuah kelompok dengan solidaritas tinggi yang sangat memungkinkan akan memiliki konflik dengan kelompok lain—groupisme (Wohlforth, 2001). Tidak adanya aturan dan garansi bahwa perdamaian akan tercipta dari sistem ini menyebabkan masing-masing negara berusaha untuk mencapai kekuasannya masing-masing dan sangat egois untuk mempertahankan kekuasaannya tersebut (Wohlforth, 2001). Akibatnya, dua perilaku akan ditimbulkan, yakni apakah suatu negara memilih kebijakan yang defensive dengan tujuan mengamankan dirinya atau setidaknya memberikan sinyal ia memiliki niatan perdamaian atau kebijakan offensive yang memilih untuk menaikkan kapabilitas karena ketidakpercayaan negara lain akan serius untuk berdamai. Sehingga dinamika dalam sistem internasional yang terjadi ialah terjadinya balance-threat, perlakuan hegemoni, dan transisi kekuasaan dalam politik internasional.
Sebaliknya, meskipun benar bahwa sistem internasional anarki, liberalisme percaya bahwa semestinya kondisi alamiah yang terjadi tidaklah demikian (Doyle, 2008). Moral kebebesan—laissez faire dan kesejahteraan sosial—yang menjadi fondasi utama teori liberalisme menghasilkan sebuah kebijakan luar negeri yang demokratis. Demokratisme ini muncul sebagai kebutuhan dari pemerintah sebab kondisi domestik negara liberal memiliki mekanisme sedemikian rupa untuk menjaga opini publik yang demokratis tersampaikan kepada pemerintah. Kebijakan luar negeri yang tercipta dalam liberalisme pun didominasi oleh pandangan perdamaian dan mengusahakan perdamaian.
Karakteristik pola interaksi dalam liberalism dijelaskan oleh tiga pandangan utama (Doyle, 2008), yakni Lockean yang memandang bahwa warga negara pada dasarnya adalah aktor rasional mandiri yang sangat menghargai hak orang lain; komersialis yang mengacu pada pandangan bahwa individu sangat materialistis sehingga perkawinan antara kapitalisme dan demokrasi mayoritas mampu melayani sifat kompetisi mereka yang berakibat pada pasifisme (suka perdamaian); dan tiga syarat kondisi damai oleh Kant, yaitu: 1) perwakilan repulik yang bertanggung jawab kepada warga negara, 2) komitmen perdamaian yang berdasarkan pada pernghargaan terhadap hak-hak individu lain. dan 3) kemungkinan interdependensi sosial-ekonomi.
Pandangan lain kemudian hadir dari kontruktivisme yang tidak berfokus kepada sebuah sistem dan negara, tetapi bagaimana memandang negara sebagai seseorang yang dibentuk dalam masyarakat internasional (Wendt, 1999 dalam ). Negara memiliki keinginan, kepercayaan, dan intensionalitas yang tidak dapat direduksi.  Oleh Wendt (1999 dalam Kubalkova, 2001) negara harus dilihat sebagai aktor yang  sengaja memiliki kepentingan nasional—kelangsungan hidup fisik, otonomi, kesejahteraan ekonomi, dan harga diri kolektif—yang berelasi terhadap sistem internasional.  Negara membentuk "identitas dan kepentingan mereka dengan berinteraksi satu sama lain" (Wendt 1999 dalam Kubalkova 2001) dan  bukan hasil dari perdebatan antara aktor domestik atau bahkan proses politik dalam negeri (Kubalkova, 2001).
Dari serangkaian penjelasan teoretis tersebut, dalam melakukan analisis kebijakan luar negeri penting bagi para sarjana untuk melakukan tingkatan analisis. Tingkatan analisis ini setidaknya dibagi menjadi tiga, yakni analisis sistem internasional, negara sebagai aktor, dan identitas yang dibentuk dalam relasi negara dalam sistem internasional itu sendiri. Tingkatan analisis ini setidaknya dibutuhkan untuk: 1) mencapai akurasi deskripsi fenomena yang dianalisis; 2) mencapai kapabilitas eksplanasi yang parsimonious; dan 3) mampu memberikan prediksi andal dari suatu fenomena yang dianalisis (Singer, 1961).
Daftar Pustaka
Doyle, W. M., 2008. Liberalism and Foreign Policy. In: S. Smith A. H.. T. Dunne, eds. Foreign Policy: Theories, Actors, Cases. Oxford: Oxford University Press, pp. 54-77.
Kubalkova, V., 2001. Foreign Policy in a Constructed World. 1st ed. New York: Routledge.
Singer, D., 1961. The Level-of-Analysis Problem in International Relations. JSTOR, 14(1), pp. 77-92.
Wohlforth, C. W., 2008. Realism and Foreign Policy. In: S. Smith & A. H. T. Dunne, eds. Foreign Policy: Theories, Actors, Cases. Oxford: Oxford University Press, pp. 35-50.

Share with your friends

Add your opinion
Disqus comments
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done